Jumat, 04 November 2011

UNTUK MENGETAHUI CINTA KAU HARUS MENJADI PECINTA


Kisah cinta sang rumput part1

Aku hanyalah setangkai rumput kering yang hidup di tanah berpasir sang gembala.
Aku tak tau tujuan hidupku dan tak pernah mempertanyakan akan hal itu, kemana angin berbisik di situlah aku mengarahkan daun telingaku.

Bagiku Sang Angin adalah ciptaan yang sangat hebat, tak seperti diriku, ia bebas pergi kemanpun ia kehendaki dan terkadang kutitipkan pula kuncup daunku hanya untuk merasakan kebebasan itu.

Tidak hanya itu, ia adalah mahluk yang sangat rajin beribadah, lafal ya Hayyu selalu menyertai setiap hembusan nafasnya, baik saat ia menjadi kabar gembira maupun saat ia menjadi kabar buruk bagi manusia-manusia pendosa.

Sang angin memang benar-benar hebat, aku terkadang iri padanya. Ia melakukan berbagi hal dari timur sampai barat, kadang ia menjadi hawa sejuk di taman surgawi, namun kadang pula ia menjadi menjadi bencana bagi umat manusia. Dan hal yang paling kusukai darinya adalah, ia selalu membawa kabar baru , ia membawa pesan ribuan cinta, dan kepiluan rindu umat manusia.

Darinyalah aku mendapatkan penjelasan dari kata cinta dan rindu yang selama ini hanya kudengar dari lantunan sumbang Sang Gembala sahabat karibku.

Saat petang datang dan temaran mulai nampak di ufuk timur, Sang angin mulai menceritakan birahi rindu seribu tahun dan hasrat cinta yang dipendam umat manusia. Bahkan tanpa sepengatahuan Sang Gembala, aku bertanya kepada sang angin tentang hasrat Cinta yang dirahasiakan oleh Sang Gembala, hal itu membuatku lebih memahami nyanyian yang dilantunkan sahabatku tersebut..

Tapi saat kubertanya apakah cinta itu? Sang angin hanya menjawab, "cinta itu tak perlu didefenisikan karena rentetan kata-kata hanya akan mendistorsi maknanya dan membuat cinta itu semakin sulit untuk dimengerti. Untuk mengetahui cinta itu kau harus menjadi pecinta!"

Kata-kata Sang Angin seakan menghentakkan jiwaku, "untuk mengetahui cinta aku harus menjadi pecinta" kata-kata itu seakan-akan terus berdengung di daun telingaku. Sebagai sebatang Rumput aku menjadi bingung apakah yang harus dan pantas kucintai?
ahh kukira aku akan meminta pendapat dari Sang Gembala sahabat karibku.

Hari semakin sore, Sang angin pun berlalu untuk menghantarkan kabar kerinduan manusia yang terpisah dari kekasihnya.
Lama kutermenung menghayati kata-kata sang angin, tiba-tiba Sang Gembala mengejutkanku dengan memotong daunku sebagai pakan untuk ternaknya.

Aku merasa belum puas dengan Jawaban Sang Angin, maka kubertanya pada Sang Gembala tentang cinta menurut pandangannya, dan kuharap aku mendapatkan jawaban yang memuaskan
Ia menjawab, “cinta adalah misteri dalam hidupku, cinta tak hanya diam karena cinta adalah cinta.”

Ah kukira aku akan mendapatkan jawaban yang serius, ternyata Sang Gembala hanya melantunkan lagu cinta tanpa perduli dengan rasa keingintahuanku.

Setelah karungnya penuh, Sang Gembala kemudian bertanya dengan gaya sok cueknya tersebut,
"kenapa kau ingin tahu tentang cinta?
apa kau sedang jatuh cinta?
dengan siapa kau jatuh cinta?"

"tidak kah kau bisa mempertanyakannya satu persatu?" protesku.

"ah maaf sahabat, aku hanya sedikit bersemangat " jawabanya sambil cengengesan seperti Sponggebob, hal tersebut selalu saja membuatku kesal.

"Sebenarnya aku tidak sedang jatuh cinta, aku hanya sedikit penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak tentang cinta. Aku sudah meminta nasehat dari Sang Angin, tapi ia hanya menyuruhku untuk menjadi pencinta. Bagaimana menurutmu?"

"Yah kukira Sang Angin benar" hanya itu jawaban Sang Gembala.

"Bisakah kau sedikit bijak dan memberiku nasehat?" tanyaku karena belum puas.

"Seorang pecinta tidaklah membutuhkan nasehat, yang ia butuhkan hanyalah seorang kekasih”. jawab Sang Gembala sambil berlalu pergi.

Ahh, Sang Gembala hanya bisa memberi jawaban yang sama meskipun dengan kata-kata yang sedikit berbeda, semua jawaban yang ia berikan hanya menimbulkan seribu pertanyaan yang harus kujawab kembali.

Bersambung ke Kisah Cinta Sang Rumput Part2

ABP1 KERICIL KECIL YANG MENGUBAH ALIRAN AIR


AKU BUKAN PANGERAN

Tulisan ini merupakan karya ke dua saya setelah Kisah Cinta sang Rumput dimana Idris yang merupakan tokoh sentral dalam tulisan kisah ini adalah Sang Pangeran dalam Kisah Cinta Sang Rumput.

Selamat membaca.

KERICIL KECIL YANG MENGUBAH ALIRAN AIR

Ufuk timur terlihat mulai kemerahan, ia seakan malu pada sang mentari yang kini perlahan menghampiri garis horizon. Hawa disekitar terasa sejuk, terpaan mesra sang bayu membuat seorang gembala semakin betah bermalas-malasan di bawah pohon jambu mente yang kini tengah berbunga. Sesekali ia mencabuti rumput disekitarnya untuk ia selipkan ke giginya. 

Sang gembala tersebut bernama Idris, rambutnya ikal agak panjang tapi tidak pernah lebih panjang dari rambut ibunya, alisnya melengkung tajam, hidungnya tidak mancung namun juga tidak pesek. Meski pun terlihat agak berantakan tapi pesona ketampanannya tak dapat diingakari olah gadis-gadis yang beruntung melihat wajahnya.

Dari gaya rambutnya yang agak berantakan, dapat ditebak bahwa ia adalah orang yang agak cuek, tak ada hal lain yang ia pikirkan selain sapi-sapinya. Banyak gadis yang menaruh perhatian padanya, tapi tak satu pun yang menurutnya memenuhi kriteria yang telah di jelaskan oleh orang tuanya.

Cantik, kaya, dan soleha, itulah kriteria gadis ideal yang pernah ia dengar dari wejangan ayahnya, tapi ia tidak peduli dengan kriteria yang kedua, yang penting baginya adalah kecantikan yang dapat meneduhkan pandangan, dan kesolehan yang dapat mendamaikan jiwa.

Kesunyian dan kesendirian adalah sesuatu hal yang ia sukai, meski pun begitu  ia senang berteman dengan seorang pembual, karena dengan begitu ia cukup menjadi pendengar yang baik saja dan tak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk berbicara.

“permisi cowok” terdengar suara seorang gadis yang mengusik perisitrahatannya.

Perlahan ia berpaling ke sumber suara tersebut sambil bangkit dari sandarannya. Ia tidak serata merta menjawab sapaan gadis tersebut. Dengan tatapannya yang tajam dan jeli ia mulai mengamati gadis yang lancang menggangu peristirahatannya. “nih cewe apa kuntilanak” pikirnya. Dilihatnya kea arah bawah, ternyata kaki gadis tersebut masih menyentuh tanah.

Gadis itu manis dan terlihat agak tomboy, rambutnya pendek untuk ukuran seorang wanita. Dengan rok mini yang menantang membuat Idris kurang nyaman memandangnya  dan segera berpaling. Wajarlah Idris kurang nyaman, karena baru kali ini ia melihat seorang gadis yang memakai rok mini.

“ia cewek ada apa, kamu mau menggodaku yah” jawabnya sok pede, dengan logat kampungnya yang khas.

Gadis itu tersenyum geli mendengar jawaban Idris yang sok pede “begini bro, aku tersesat dan tidak tau jalan pulang” balas sang Gadis yang memakai rok mini biru dipadu dengan baju berwarna merah.

“maaf cewe, namaku bukan bro, kamu pasti salah orang” timpal Idris yang tak terima dipanggil bro.

Gadis itu semakin geli mendengar jawaban Idris, ia berusaha menahan tawan agar tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya “lantas namamu siapa?” tanyanya kembali.

“namaku Idris” jawabnya singkat.

Sang gadis yang sudah tau kalau mahluk yang dihadapinya adalah mahluk kampungan, maka tanpa menunggu diminta lagi ia memperkenalkan dirinya sendiri “kalau namaku Zahara, kebetulan aku tersesat di sini, dan kebeneran kamu ada di sini, mau bantu aku gak”

Sebenarnya sih Idris merasa agak gugup berhadapan dengan Zahara, karena baru kali ini ia berbincang berdua dengan gadis seusianya, tapi untuk menutupi karakternya yang agak pemalu ia memberanikan diri sok pede di depan gadis tersebut, tanpa ia sadari usahnya tersebut malah membuatnya terlihat  kampungan.

“maksudmu mau diantar pulang?” Tanya Idris memastikan.

“iya, kamu mau yah bantuin aku” rengek Zahara mencoba sok akrab. Tingkahnya tersebut malah membuat Idris mengeluarkan keringat dingin.

“membantu seorang gadis itu memang sudah tugasku” jawab Idris sambil menyeka keringat di dahinya. Celakanya tanpa di duga Zahara yang melihat kejadian tersebut malah mengeluarkan sapu tangan dari kantungnya, dan membantu menyeka keringat Idris  yang membuat Idris semakin salah tingkah. Peristiwa yang amat langka dan lucu, saat seorang gadis kota yang polos bertemu dengan pria kampungan yang kolot.

“terima kasih” kata Idris yang mecoba terlihat gentle dan pede di depan Zahara, namun keringat dinginnya yang semakin deras membuktikan rasa gugup yang amat dalam. “memangnya kamu tinggal di mana” katanya lagi.

“aku tingaal di desa Corawali dekat sekolah” jawab Zahara.

“baguslah, kita tinggal di desa yang sama, rumahku kira-kira 300 meter dari rumahmu. Kebetulan nih sudah sore, yuk kita pulang” ajak Idris

Mereka pun meninggalkan pohon jambu mente itu sendirian, Idris berjalan terlalu cepat sehingga membuat Zahara sulit mengimbangi jalannya. “yang pelan dong jalannya! Kok cepet banget, sengaja mau ninggalin aku yah?’ protes Zahara.

“bukan aku yang cepet, tapi kamu yang lelet’ timpal Idris mencoba membela diri. Zahara berlari kecil agar tidak ketinggalan, wajahnya sedikit cemberut karena acting manjanya tidak mendapat respon yang terlalu baik.

Idris kelihatannya dapat menangkap sekilas wajah cemberut Zahara, untuk membangun komunikasi yang lebih harmonis ia bertanya basa-basi: “gimana ceritanya kamu sampai bisa tersesat di kebunku”

Wajah cemberut Zahara tiba-tiba terganti dengan wajah gadis manis setelah mendengar pertanyaan tersebut. “tadi kan, aku sama bapak pergi ziarah kubur. Pada saat itu aku melihat kupu-kupu yang cantiiik sekali, aku kejar kupu-kupu itu dan tanpa kusadari aku sudah tersesat, untungnya aku bertemu dengan pria gondrong yang berantakan” katanya sambil tersenyum karena telah menyindir si Idris.

“ohh” timpal Idris singkat tanpa berusaha membalas ejekan Zahara.

“kok ohh saja?”

“mang harusnya apa?”

“kamu gak marah saya panggil pria gondrong berantakan”

“buat apa marah? Kenyataannya memang begitu kok” jawab Idris yang kini bersikap sok cuek, gaya kampungannya karena sok pede kini telah menghilang. Karakter Idris memang susah ditebak, kadang ia sangat ramah namun kadang pula sangat cuek, hal ini lah membuat gadis-gadis sulit memahaminya.

Zahara merasa jengkel karena tidak  berhasil menggoda si Idris, dalam hati ia membatin “nih orang kaya bunglon aja, tadi awal bertemu ia berlagak sok pd dan ramah, eh sekarang malah sok cuek seakan aku ini tak ada”.

“kita kan baru pertama kali bertemu, kamu kok gak nanya-nanya ma aku sih” Tanya Zahara

Dengan amat polos Idris bertanya balik “mang mau nanya apa?”

Zahara semakin merasa jengkel, “kok ada sih mahluk bloon seperti ini” pikirnya. Dengan berusaha tidak memperlihatkan kejengkelannya. Zahara menjawab “nanya apa aja, yah seperti yang dipertanyakan cowo kepada cewe”

Idris belum mampu menangkap arah pembicaraan Zahara, dengan santai ia bertanya “kamu kok makai rok aneh seperti itu? Mang gak takut masuk angin?”

Baru kali ini ada orang yang mempertanyakan hal seperti itu kepada Zahara. “apanya yang aneh?” Tanya Zahara, yang tidak setuju pakaiannya dianggap aneh.

“yah aneh saja, soalnya baru pertama kali aku melihat pakaian seperti yang kau kenakan” jawab Idris dengan ekspresi dingin.

Zahara baru sadar bahwa di kampung ini, tak ada seorang pun gadis yang memakai rok mini selain dirinya, jadi wajar saja jika si idris menganggap pakaiannya aneh. “sebenarnya sih aku juga merasa kurang nyaman memakai rok mini seperti ini, tapi ini semua aku lakukan karena permintaan ibu” jawabnya.

Karena asyik berbincang di jalan, jauhnya perjalanan pulang tidak begitu mereka rasakan. “rumahmu yang sebelah mana sih” Tanya Idris.

“tuh yang berwarna biru” jawab Zahara sambil mengarahkan telunjuknya ke rumah yang terlihat paling mencolok dibandingkan dengan rumah-rumah di sekitarnya.

Sesampainya di rumah berwarna biru tersebut mereka dihadang oleh laki-laki yang kira-kira berumur enam puluh tahun. Badan yang tegap dengan kumis yang tertata rapi membuat laki-laki setengah baya tersebut kelihatan berwibawa. “kamu darimana aja nak, Ayah bahkan telah mengutus orang untuk mencarimu” kata laki-laki itu pada Zahara.

Zahara mendekat mengulurkan tanganya utuk menggapai tangan ayahnya kemudian menciumnya tanpa berkata apa pun. “eh kok malah cium tangan? Pertanyaanku belum dijawab loh” selidik ayah Zahara.

“maaf ayah, telah membuatmu cemas, tadi Zahara tersesat tapi untung saja Zahara ketemu dengan Idris, dan dia berbaik hati bersedia  mengantarku pulang” kata Zahara sambil melirik ke arah Idris. Idris hanya tersenyum lugu mencoba menampilkan sisi terbaiknya saat ayah Zahara berusaha mengidentifikasi dirinya.

“kalau gitu, ajak dong sang penolongnya masuk” kata Ayah Zahara dengan maksud menggoda anaknya.

Tibalah Idris diruang tamu, matanya liar memandang lukisan-lukisan yang terpajang indah di tembok, kadang ia menggaruk kepala meski pun tidak gatal, ia merasa sedikit kikuk berada di tempat yang terasa asing baginya. Sesekali ia melihat keluar, berharap rasa canggungnya karena bersama ayah Zahara segera berakhir. Sementara itu Zahara meninggalkan mereka berdua menuju dapur untuk membuat minuman.

“kamu tinggal dimana anak muda’ terdengar suara Ayah Zahara memecah kesunyian.

“aku tinggalnya di dekat mesjid Nurul Yaqin kira-kira 300 meter dari sini paman, oia kalau boleh tau, nama paman siapa”

“hahahaha” tawa Ayah Zahara keras mengelegar sungguh tidak menyehatkan telinga. “namaku Abdul Qahhar, orang-orang memanggilku pak Kahar” sambil merapikan kumisnya ia berakata lagi “baru kali ini Zahara membawa seorang pria ke rumah”

“saya cuman mengantarnya kok”

“kalau begitu baru kali ini Zahara diantar oleh seorang pemuda, hahaha” tawanya lagi. Idris tak habis pikir, anak sama ayah sama-sama suka menggoda, ia hanya cuman bisa ikut cengengesan aja mendengar tawa pak kahar yang tidak menyehatkan itu.

“sejak kapan paman tinggal di sini, kok gak pernah saya lihat” Idris mencoba mengalihkan pembicaraan.

“baru dua hari anak muda”

‘apa yang membuat paman yang tinggal di kota indah nan megah penuh dengan gedung-gedung pencakar langit hijrah ke kampung yang sunyi ini”

“ada banyak hal, ada banyak hal yang membuatku tidak betah tinggal di kota. Setiap hari di sana kami harus menghisap polusi. Kehidupan kota yang glamour dan pergaulan bebas di sana, aku takutkan meracuni pikiran anakku yang lugu dan polos. Lagi pula umurku sudah mencapai 61 tahun, rambut putih yang menghiasi kepalaku adalah pesan yang dikirimkan sang pencipta bahwa masa baktiku di dunia ini tidak lama lagi. Seperti orang pada umumnya, aku juga ingin di kubur di tanah kelahiranku.” Ujar Kahar panjang lebar.

Tak lama kemudian, muncullah Zahara dari bilik dapur, ia seaakan hujan yang telah lama dinanti kedatangannya. Ditatanya gelas-gelas yang berisi teh di meja, dengan senyum yang mengembang ia mempersilahkan sang penunjuk jalannya untuk menikmati teh dan kue yang telah ia  sajikan.

Dengan sedikit malu-malu Idris menikmati apa yang telah disajikan si gadis tomboy. Zahara terus saja memperhatikan gerak-geriknya, hal itu membuatnya merasa agak risih. “makan lagi kak! Masih banyak kok” suruh Zahara. Idris hanya menganggukkan kepalanya.

Mentari hampir saja menghilang, sebelum maghrib menjelang Idris mohon pamit kepada pemilik rumah untuk segera pulang. “jangan sunkan datang kesini yah anak muda” kata pak Kahar “makasih yah kak, udah ngantarin Zahara pulang” tambah Zahara dengan senyuman manisnya.


Bersambung…


Momen Adalah Milik Kita


Apa yang pertama anda lakukan saat anda bangun tidur?
Hal pertama yang anda lakukan adalah melihat jam bukan?, sejak pertama kali terbangun waktulah yang memutuskan apa yang harus anda kerjakan, pada pukul 06.00 anda harus sarapan, pada pukul 06.30 anda harus berangkat ke sekolah, benar demikian bukan?

Dalam dunia modern ini kita seakan dituntu untuk bergerak lebih cepat,namun ironinya tidak peduli seberapa cepatpun kita bergerak, secerdas apapun kita mengatur jadwal, tidak pernah ada kata cukup waktu untuk hari ini.
 Mengapa demikian? Jika leluhur kita pernah berkata pernah berkata “biar lambat asal selamat” sekarang kita hanya menganggap hal demikian sebagai aforisma kuno yang tidak lagi relefan dengan jaman sekarang, kita lebih memilih meniru orang barat yang mengedepankan efesiensi.

Umat manusia tidak pernah bisa terbebas dari kurungan waktu, namun meskipun manusia senantiasa merasakan kehadiran dan kuasanya, manusia tidak pernah tahu bagaimana mendefenisikannya.
Ketika jam mekanis meperketat cengkaramannya, dan teknologi memungkinkan manusia melakukan sesuatu lebih cepat, maka saat itulah ketergesa-gesaan menyusup kedalam setiap sudut kehidupan manusia. Orang di tuntut untuk berfikir lebih cepat, berjalan lebih cepat, berbicara lebih cepat(apalagi kalau pulsa lagi sekaqrat), makan lebih cepat, dan bergerak lebih cepat.

Apakah yang tejadi apabila kita melakukan segala sesuatu dengan lebih cepat?, mungkin di satu sisi anda akan menjadi kaya dalam hal materil, tetapi kita kan kehilangan rasa, kita  bahkan tidak lagi sempat menyadari betapa enaknya makanan yg kita makan, dan dalam aspek spiritual kita tidak lagi menikmati setiap sujud kita. .

Fakta membuktikan ditengah kelimpahan materil, kemiskinan waktu semakin mewabah, lebih celakanya lagi jika kita tak punya waktu lagi untuk keluarga yang kita cintai. Dan pertanyaan mendasar yang ingin saya tanyakan kepada anda adalah, apakah anda telah mengatur waktu anda dengan baik atau malah andalah yang diaturoleh waktu?

Sekian dulu renungan kita untuk hari ini, saya ingin menutup tulisan saya dengan mengajak anda menikmati syair di bawah ini:

"Hidup terdiri atas momen-mumen
Momen-momen adalah milik kita
Dapatkah anda benar-benar hidup dan mengisi setiap momen masing-masing secara mendalam?
Dapatkah anda meninggalkan setiap mumen yang berlalu dan lahir kembali pada setiap momen baru?
Dengan memandang setiap momen adalah baru, maka kita akan menceburkan diri ke dalamnya dan menjalinanya dengan sepenuh hati".VISUDDHACARA

Referensi: Honore, Carl : In praise of slow



Perdamaian Hanyalah Ilusi, Dialog Antara Naruto Dengan Pain


Dialog ini saya kutip dari komik naruto yaitu dialog antara Naruto dengan Pain Nagato

Peradamaian hanyalah ilusi
Perdamaian di negara besar tercipta dari mengorbankan negara kecil, takkan ada perdamaian jika kita masih hidup di dunia yang terkutuk ini
Cinta melahirkan pengorbanan, dimana pengorbanan membuatmu merasa kehilangan dan melahirkan kebencian
Mencoba menyelamatkan apa yang aku sayangi akan melahirkan perang, perang membawa kematian dan luka
Tak ada kepedihan sekeras menerima kematian orang yang kau sayangi karena kau percaya mereka takkan pernah mati.
Apakah kau mengerti tentang kepedihan? Jika kau tak dapat merasakan kepedihan seseorang, kau tidak akan pernah bisa mengerti mereka, tapi dengan mengerti tak berarti engkau bisa datang dengan persetujuan.
Kamu dan aku tak ada beda, hanya menginginkan perdamaian, kita mencari keadilan dengan jalan masing-masing”

“Semua merasa pedihnya kehilangan, kita tau rasa pedih itu.Manusia melakukan pembunuhan atas nama keadilan, tapi jika balas dendam itu adil maka akan lebih banyak lagi melahirkan balas dendam dan akan menjadi rantai kebencian.
Percayalah padaku! Tidak akan perdamaian di muka bumi ini selama masih ada prasangka buruk dipikiranmu. Percayalah!
Jangan pernah menyerah untuk mengubah dunia.
Yakinlah!
Yakinlah suatu saat nanti akan datang masa dimana manusia bisa saling memahami dan mengerti satu sama lain.”

Sekedar tulisan iseng, setelah membaca komik naruto :D

Aku Tak Mampu Menulis Tentang Perasaan


Di malam yang dihiasi dengan gerimis udara dingin merasuki tubuhku, namun aku tetap bertahan. Nafas memutih menghembus di udara, mengingatkan emosi tahun lalu dan itu terus terulang kembali, lalu muncul di dalam benakku mengapa aku berada di sini.
Jika kuingat kejadian kemarin lidahku menjadi keluh, segala hari yang berlalu menjadikan aku yang sekarang.
Meneropong setiap peristiwa semua seakan seperti ilusi
Manusia lahir, tumbuh, dan mati namun apakah yang tinggal? Dan hal apakah yang akan dikenang?  Tak ada jawaban pasti untuk hal itu.

Kemudian kuberpikir sejenak
Tak ada  sesuatu yang mampir di otakku
Semua menumpuk di hatiku
Apa yang harusnya kutulis? Bagaimana caranya menulis tentang perasaan?
Setiap kata hanya akan mendistorsi setiap makna yang ada di dalam rasa.

Untuk apa berusaha mengungkapkan sesuatu yang hanya mampu di proses di alam bawah sadar, kata yang kukatakan secara serentak hanya terdengar aneh dan bodoh
Perasaan ini ku coba menuliskannya, mungkin akan menjadi beberapa lembar atau mugnkin juga hanya setengah lembar saja
Mulai dari satu kata akan kurangkai menjadi ribuan kalimat, ah. Tapi! Apalah arti kata-kata yang panjang? Kata-kata yang ringkas mengandung lebih banyak pengertian.
Aku tidak suka membual, itu hanya akan membuatku merasa haus, namun terkadang bualan ringan dapat membuat kita tersenyum.

Senyuman
Ya aku suka senyuman, itu membuat kita terlihat lebih tegar
Senyuman adalah jarak terdekat antara dua manusia, bahkan ia mempunyai kekuatan mistis membuka pintu rahasia
Bagaimana aku mengisi tulisan ini? Aku benar-benar tak mampu menuliskan apa yang ada di dalam hatiku karena ini tak sederhana, maka aku bisa tetap hidup. Mungkin lebih baik aku mendengar  tentangmu saja sahabat, menjadi pendengar yang baik lebih cocok bagi orang sepertiku.

Refleksi dalam game persona 3



Persona 3, ada yang pernah mainin ini geme ga? Bagi penggemar game RPG saya saranin deh buat mainin ini game, pokoknya game ini top abislah, dan bikin betah berjam-jam nongol di depan tv.

 Game ini menceritakan tentang The End of  The World yang di pacu oleh keinginan manusia untuk bunuh diri yang membentuk monster yang akan membinasakan dunia. Kiamat dilihat sebagai kejadian positif oleh manusia untuk membersihkan dunia yang kotor , namun dinilai sebagai kejadian negatif oleh tokon utama yang masih ingin hidup dan berusaha menghindarinya.


Adapun yang ingin saya babar lebih lanjut adalah tentang kata, persona berasal dari bahas Yunani yang berarti  TOPENG yang kemudian diserap kedalam bahasa inggris menjadi PERSONALITY yang berarti kepribadian, dalam pengertian sehari-hari  personality mangacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima olah kelompok masyarakat, di mana individu tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan peran yang diterima.


Pernahkah anda mempunyai kenalan yang pada awalnya anda melihat dia sebagai seorang pendiam, sombong, angkuh, dan membosankan? Tapi setelah anda mengenalnya lebih jauh ternyata sifatnya tidak seperti yang anda bayangkan sewaktu pertama kali bertemu dengannya, bahkan sifat aslinya justru sangat ramah, humoris, dan senang menolong. Inilah yang di sebut persona, dimana manusia menyembunyikan sifat aslinya dan memilih bersikap kelihatan angkuh dan sombong untuk memenuhi tuntutan masyarakat atau tuntutan profesi yang sedang dijalaninya, misalnya seorang guru dalam masyarakat mereka di tuntut untuk kelihatan berwibawa dan sombong di hadapan muridnya meskipun sebenarnya ia adalah seorang yang humoris, sehingga mau tidak mau ia harus bersikap sesuai dengan tuntutan masyarakat agar ia dapat di terima dalam lingkungan sekolah tersebut.

Sebagai manusia, kita tidak seharusnya menilai manusia hanya karena sekilas pandang saja, kita harus membuang kecendrungan kita untuk menghakimi seseorang, lagi pula siapakah yang bisa mengukur kedalaman hati seorang manusia? saya percaya semua manusia lebih dari apa yang terlihat. Manusia akan terlihat nyata sebagai manusia bila kita bisa melihat kedalaman dirinya, kedalaman yang mecerminkan keutuhan dirinya, yaitu dirinya yang tanpa topeng tentunya.

Manusia sebagai PRIBADI adalah manusia yang mengerti tentang keutuhan dirinya, ia dapat menjadi mahluk yang berkata ‘aku’ denga sadar dan insyaf, keperibadian seseorang adalah subjek yang harus kita ungkap lewat pengalaman, pengetahuan, dan dengan mata hati tentunya, bukan dengan dengan pandangan sekilas dan prasangka negatif semata. Dalam persona hubungan sesama berasaskan cinta kasih, dan tidak memandang yang lain sebagai mahluk jasmani semata.

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, ayat ini menjelaskan tentang kesucian dan kesempurnaan manusia, manusia dapat kembali kedalam fitranya jika ia mampu mengatasi kecendrungan-kecendrungan yang rendah  (shadow)  yang ada dalam dirinya hingga ia tidak memerlukan topeng lagi. Jika manusia menjalani hidupnya  menurut dorongan-dorongan yang luhur sambil mengalahkan nafsunya maka ia akan sampai kepada kepribadiannya yang murni(true self). Manusia yang persona adalah manusia yang terbuka dan berdialog dengan baik, dengan demikian masyarakat terbina dan komunikasi tidak lagi menjadi keterpaksaan melainkan suatu kebutuhan mendasar. Meskipun kita belum mampu untuk mencapai persona yang murni karena peran yang kita jalankan, yang pasti topeng apapun yang kita kenakan kita harus menjalankan peran tersebut dengan baik, baik sebagai kita sebagai siswa, guru, maupun sebagai hamba tuhan.

Ok sahabat, semoga tulisan sederhana ini dapat menjadikan sahabat lebih memahami dan mengerti manusia, dan membuang kecendrungan untuk menghakimi seseorang, karna saya yakin semua manusia itu baik jika kita bisa melihat kebaikannya, dan semua manusia itu menyenangkan bila kita dapat melihat kunikannya, jika kita hanya dapat melihat keburukan seseorang maka mata hati kitalah yang buta.


”I am a shadow, one that no light will shine on. As long you follow me, you will never see the day”(MGS4)

“It’s so hard to face my true self” (Yosuke, Persona 4)