Jumat, 04 November 2011

Aku Tak Mampu Menulis Tentang Perasaan


Di malam yang dihiasi dengan gerimis udara dingin merasuki tubuhku, namun aku tetap bertahan. Nafas memutih menghembus di udara, mengingatkan emosi tahun lalu dan itu terus terulang kembali, lalu muncul di dalam benakku mengapa aku berada di sini.
Jika kuingat kejadian kemarin lidahku menjadi keluh, segala hari yang berlalu menjadikan aku yang sekarang.
Meneropong setiap peristiwa semua seakan seperti ilusi
Manusia lahir, tumbuh, dan mati namun apakah yang tinggal? Dan hal apakah yang akan dikenang?  Tak ada jawaban pasti untuk hal itu.

Kemudian kuberpikir sejenak
Tak ada  sesuatu yang mampir di otakku
Semua menumpuk di hatiku
Apa yang harusnya kutulis? Bagaimana caranya menulis tentang perasaan?
Setiap kata hanya akan mendistorsi setiap makna yang ada di dalam rasa.

Untuk apa berusaha mengungkapkan sesuatu yang hanya mampu di proses di alam bawah sadar, kata yang kukatakan secara serentak hanya terdengar aneh dan bodoh
Perasaan ini ku coba menuliskannya, mungkin akan menjadi beberapa lembar atau mugnkin juga hanya setengah lembar saja
Mulai dari satu kata akan kurangkai menjadi ribuan kalimat, ah. Tapi! Apalah arti kata-kata yang panjang? Kata-kata yang ringkas mengandung lebih banyak pengertian.
Aku tidak suka membual, itu hanya akan membuatku merasa haus, namun terkadang bualan ringan dapat membuat kita tersenyum.

Senyuman
Ya aku suka senyuman, itu membuat kita terlihat lebih tegar
Senyuman adalah jarak terdekat antara dua manusia, bahkan ia mempunyai kekuatan mistis membuka pintu rahasia
Bagaimana aku mengisi tulisan ini? Aku benar-benar tak mampu menuliskan apa yang ada di dalam hatiku karena ini tak sederhana, maka aku bisa tetap hidup. Mungkin lebih baik aku mendengar  tentangmu saja sahabat, menjadi pendengar yang baik lebih cocok bagi orang sepertiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar